Sore yang sejuk itu, kami melingkar dalam sebuah majelis ilmu. Walau hanya ber-enam, rasanya terasa hangat. Mungkin karena ada malaikat-malaikat yang ikut melingkar dalam majelis kami. Asyik mendengar kisah dari kak Fulanah tentang perjuangannya menuntut ilmu. Ada sedikit rasa menjadi pecundang. Ah, ternyata usaha saya masih cetek. Ah, usaha saya mah belum ada apa-apanya. Dan masih banyak ah yang lain.
Saya terenyuh dengan sat kalimat dari beliau: "Sebaik-baik kesibukan adalah sibuk belajar Al-Qur'an". Dustak. Ya Alloh, selama 16 tahun ini saya sibuk apaaa? Bermanfaat ga ya? Pahala banyak ga ya? Dan segala macam penyesalan datang memojokkan saya. Di sudut, saya mencoba intropeksi diri. Kembali dengan pertanyaan Lo tuh pengennya apa siiiih, peh? Mauko apakah sebenarnya? Kenapa kayak banyak sekali maumu? Satu saja yang jelas supaya jelas hidup *ehem* Bahagiain ummi (terdengar samar-samar). Banyak cara sebenarnya, tapi saya pengen hanya dengan cara ini kayaknya. Mantapkan hati. Yes. Saya ingin menghafal Al-Qur'an. 30 juz. Ummi harus pakai mahkota di syurga kelak. Amiiiin ya Rabbal'alamiin.
Padahal, awalnya pengen kuliah, kerja, cari uang, study abroad, tapi itu bisa ditunda insya Allah. Pertimbangan saya banyak, kenapa saya lebih fokus meluangkan waktu hanya untuk menghafal? Karena ummi, mumpung saya masih muda jadi masih gampang menghafal, sarana ada dan didukung pula, dan mumpung selagi sehat dan hidup. Saya sadar, terlalu banyak kekhilafan dan hura-hura selama 16 tahun ke belakang. Pendewasaan diri dari mengikuti tarbiyah, ROHIS di sekolah dan dari berbagai macam masalah yang saya lakukan membuat saya "oh, nda bolehka begini terus. Harus ada sesuatu yang saya buat, seenggaknya buat ummi dan saya sendiri" Pikiran itu masuk dan menjadi insulin bagi saya sampai detik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar