Jumat, 22 Agustus 2014

Kesempatan pertama

Tepatnya awal desember, salah satu teman daurah saya ceplos tentang salah satu program tahfidz (lagi) yang saat itu bagi saya tidak mungkin kesana. Pertama, karena jauh. Kedua, saya masih mau kuliah. Tapi, Allah seakan memberi karpet merah untuk kesana. Ummi langsung mengiyakan, yang terpaksa membuat saya berpikir keras entah berapa kali. Kuliah, mutqin, kuliah, dan mutqin dulu lah nanti kuliah.. 3bulan ini.
Tiba di tempat, ngeri ngeri ngeri.. berbeda sangat amat berbeda dengan yang kubayangkan. Serasa asing, aneh, males lah pokoknya. Tiap hari cuma pengen pulang. Pengen cepat kelar disini. Pengen cepat kuliah.
Beda suasana, beda pendapat, beda tradisi, dan saya benci dengan adaptasi lagi. Males aja. Trauma gitu (sok deeh) tapi ini beneran, saya langsung sms ummi (hp ku sembunyikan selama 3hari hehe) pengen pulang aja. Ummi balas banyak sekali nasihat tapi yang paling saya ingat adalah "Ketika  merasa sepi & sendiri, saat itu kita sedang belajar KETANGGUHAN." Bertahan fah, bertahan. Banyak sekali orang disini yang seumuran kamu bahkan dibawah mu tapi mereka membara semangat nya, demi hafalan. Begitu terus sampai 2bulan sampai di titik puncaknya, saya jatuh sakit. Lama sekali. Dan membuat saya berpikir banyak.

Allah memberikan saya kesempatan pertama. Pertanyaannya, maukah saya menaikinya?

Sabtu, 09 Agustus 2014

Untuk selamanya

Langit mendung menemani pertemuan kami hari ini. Terima kasih Ami karena masih percaya sama saya.

Sahabat sejati itu awet bukan karena mereka dipertemukan karena hobi yang sama.
Bukan karena mereka saling mendukung segala hal yang mereka ingin lakukan.
Juga bukan karena mereka terus bersama.

Melainkan dipertemukan dalam ikatan ukhuwah untuk mencari ridho Allah (rohis haha)
Mendukung segala hal yang menuju kebaikan dan mengingatkan apabila khilaf
Dan berpisah mencari jalan menuju syurga.

Semoga saya makin dewasa, ami makin...tinggi hehe
Semoga persahabatan kita untuk selamanya. Amiin.