Jumat, 18 November 2016

Mixed feeling today

"Tebak saya dimana hai blog ku tersayang ? Makassar! kampung tercintaaahhh
Tidak butuh alasan untuk kembali ke kota lahir ku ini, karena sejatinya hati ini selalu kembali pulang.." Well, hanya 2 baris lebih yang sempat kutulis di Makassar kemarin, saat liburan selama 4 bulan dan hanya kusimpan sebagai draf meskipun sudah hampir 2 bulan di Qassim.

Kalau ditanya kapan momen yang paling bahagiamu, dari seluruh episode kehidupanku sekarang maka momen yang paling bahagia adalah sekarang. Dengan kesyukuran yang terus bertambah insya Allah. Dengan keputusan-keputusan yang telah saya ambil. Dengan orang-orang yang saya sayangi. Dengan kecintaanku pada Allah saat ini. Maka, bahagiaku saat ini adalah momen yang paling bahagia.

Kalau ditanya lagi apakah pernah menyesal dengan keadaanmu saat ini, setelah menikah lalu jauh dari orang tua itu bukan yang pernah kamu impikan. Rencana Allah ternyata lebih indah dari apa yang pernah saya impikan, saya pernah ingin menjadi dokter, tapi Allah mempertemukanku dengan teman-teman dari seluruh negara dan kami belajar bhs arab dan menghafal bersama. Saya pernah bermimpi kuliah ke negeri barat, tapi Allah menuntunku ke kota Nabi. Dunia itu sejatinya hanya tempat persinggahan menuju yang kekal, jannahNya. Allahumma Aamiin

Alhamdulillah, sekarang lagi libur tenang selama 1 pekan, karena pekan ini itu kita diantara ujian mid semester. Belajar disini itu pengalaman yang sangat berkesan, bertemu dengan orang-orang baru, sistem belajar nya beda, pergi ke tempat-tempat yang asing, yang kami berharap kami cocok disitu. Selalu merasa gelisah karena beda sendiri, karena kami asia banget, tapi mereka justru menyambut kami dengan hangat. memuji kami ketika kami melakukan hal kecil baik yang kalau di Indo tuh malah dianggap biasa saja. Baru-baru ini juga kami pindah sakan (lagi?!) yang tadinya saat tiba disini disewakan hotel untuk sementara lalu kami pindah ke sakan kami dulu tapi bukan di apartemen yang sama.

Selasa, 05 April 2016

A letter to my husband

بسم الله الرحمان الرحيم
-Opening-

I finally write this letter after few times  of considerations, and thoughts, and it's out. Why? First, because I'm still new at making romantically beautiful poem and second, I'm embarassed my letter will be read by the receiver :p haha

Dear my husband who keeps Istiqamah on His path,
Alhamdulillah for every blessings that He gives from the moment your parents came to me, asked my will to marry you until this second, we're sitting together, doing our school's stuff. Eventhough, there is always any kinds of difficulties that Allah gives to us, to get through every single year of our marriage. Which likely one of my Mother's friend said " if you pass the first five years, then you'll enter 'safe' zone". But, I believe, in shaa Allah, we'll get through years..to His heaven.

My husband who loves his wife because of Allah,
I can't deny how happy I am now as your wife, part of your life. Indeed, I am part of your life since before we're married, aren't I, my elemantary school's enemy friend ? :D

My husband who's turning 22 now,
Thank you, جزاك الله خيرا for bring me to place where Rasulullah was born, take responsibility of me, promise to my Mother and Father, choose to be with me in bad and good times, in happiness and sorrows.


April 2 2016
-Your 20 years old's wife-

*P.S: -saya menerjemahkannya dalam bahasa Inggris karena ada teman kelas saya (dari Eropa) di kampus yang penasaran apa yang saya tulis :) maaf bahasanya masih belepotan hehe
-I translate it into English for my dear friend, Diana. I hope we'll keep in touch even after school ends. Also, look forward to us communicate well in Arabic haha soon, in shaa Allah <3 font="">

Sabtu, 02 April 2016

Surat untuk Suamiku

-pengantar-
Saya akhirnya menuliskan surat ini setelah beberapa kali menimbang, memikir ulang, dan akhirnya terbit. Kenapa? Pertama, karena saya masih awam dengan puisi-puisi indah nan romantis. Kedua, malu dibaca sama si penerima, haha :)


Bismillah,
Suamiku yang Istiqamah di jalan-Nya,
Alhamdulillah atas segala keberkahan nikmat yang Allah berikan dari saat Ummi & Aba datang ke rumah hingga detik ini, kita duduk bersama , mengerjakan tugas masing-masing. Meskipun selalu ada kerikil-kerikil yang Allah jadikan ujian untuk kita berdua melalui tahun demi tahun pernikahan kita. Yang kata salah satu Ummahat, "lewatpi 5 tahun pertama, in syaa Allah sudah masuk zona 'aman' ". Tapi, saya percaya, biidznillah puluhan tahun akan kita lewati bersama..hingga Jannah-Nya.

Suamiku yang mencintai istrinya karena Allah,
Tak bisa kupungkiri bahagiaku sekarang menjadi istrimu, bagian dari hidupmu, yang bahkan sebelum menikah pun saya sudah menjadi bagian dari ceritamu kan, musuh teman sd ku? :D (sudah puitis mi kak? haha)

Suamiku yang berusia 22 tahun,
Terima kasih, hatur nuhun, Jazaakallah khaer yaa habibi telah membawa saya ke kota lahir Nabi, bertanggung jawab atas saya, berjanji pada ummi dan Abi, mau membersamaiku dalam suka dan duka dan telah merubah status kita. Uhibbuka fillah.


2/4/2016

-Istrimu yang berusia 20 tahun-

Kamis, 03 Maret 2016

Pulang sebelum puasa in syaa Allah

Bismillah
Kali ini saya tidak akan melanjutkan cerita saya, karena sepertinya saya sudah mulai agak-agak lupa dengan kelanjutannya haha. Bercanda ;p In syaa Allah nanti saya lanjut, mood nya bukan sekarang.

Kepastian saya jadi pulang ke kampung tercinta semakin bulat, Alhamdulillah. Rindu semakin membuncah. Sore tadi saya berbincang dengan adik bungsu saya, Alifa yang kata suami cara makannya mirip sama saya. Belepotan. Saya ingin dengar dia mengaji, ternyata sudah hafal al-fatihah meski masih campur-campur An-Naas. Masya Allah, padahal waktu saya tinggal baru bisa ta'awudz dan bilang "ahade" (dari surah Al-Ikhlas) Aduh, Alifaku sayang pintar sekali bikin orang makin rindu :)

Malam ini pun, setelah saya cek beberapa pesan dari teman SMA sekaligus teman rohis, ternyata mereka juga sama pintarnya dengan Alifa (bukan mengaji nya yah). Saya pun rindu, sahabatku. Tapi bahkan jarak pun sudah tidak menjadi halangan kita untuk bertemu (re:maya) lah, dari dulupun hati kita sudah terikat oleh ukhuwah fillah :)

 Untuk Ami lagi,
Alhamdulillah sehat mama Ami 
Tak sedikit kali saya melamun dan tiba-tiba mengingatmu
Lantas bertanya-tanya, kabarmu, tarbiyahmu, kesibukanmu, perasaanmu
Mungkin karena dulu kamu selalu menjadi tempat curhat pertamaku
Selalu menjadi pendengar terbaikku
Sekaligus menjadi penertawa ceritaku
Toh, rupanya sekarang kita sudah sama-sama dewasa
Maka saling menyimpan cerita layaknya orang dewasa itu sudah biasa
Setauku, persahabatan kita masih semanis dulu
dan setidaknya masih "selahap" dulu saat makan bersama :) ( read http://bit.ly/1VT338u so you can understand)

Mau bukti, mi? Nanti kita janjian makan nah pas saya balik ke Indo in syaa Allah ;)

Kamis, 18 Februari 2016

Pindah sakan

Setelah pindah ke sakan yang hanya berjarak 5 meter dari sakan kami sebelumnya, proses pindahnya pun masya Allah ber susah payah karena kami mesti nyebrang 2 kali karena jalan nya 2 jalur dan di tengah jalan itu pasir-pasir (u get it,right?) jadi otomatis barang yang se bejibun itu harus diangkat. Setibanya kami di sakan baru, yang sedikit lebih mini dari yang sebelumnya, yang mana juga lebih saya suka karena mudah dibersihkan! ternyata ada masalah dengan AC nya.

AC nya tidak mengeluarkan dingin. Padahal, diluar kalau siang panas sekali, kami pun meminta petugas sakan nya untuk mencari solusi. Akhirnya, dia memberikan kamar lain dulu untuk tidur saja sementara menunggu petugas AC nya datang yang entah kapan datangnya. Setelah beberapa hari AC kami tak kunjung diperbaiki, suami pun mencari petugas sakan kami dan kami disuruh pindah ke lantai 3 (awalnya lantai 1) jadilah, kami packing-unpacking 2x, alhamdulillah.

Bentuk nya sama persis dengan di lantai 1. Hanya saja yang ini dapurnya ada pintu nya. Yasudahlah, langsung unpack dan tepar ;p Esoknya, seperti biasa saya sendiri lagi di rumah menunggu suami pulang kuliah. Tiap menjelang siang itu saya selalu excited sendiri karena harus masak makan siang haha di kepala saya sudah mulai muncul 'tv show' saya masak apa, jadinya seperti apa, yang nyicip bakal komen apa mirip-mirip masterchef sudah. Tanya mas google, kak ita, Ummi kalau masak ini atau itu yang enak yang mana atau apalah yang bisa ditanya. Sebenarnya saya sendiri tahu, cuma saya tipe orang yang 'sedikit' riweh kalo mau masak haha makanya saya butuh temen ngobrol gitu, kan aneh kalo ngomong sendiri di dapur -_-'

Waktu itu saya goreng bakwan dari jam 11 siang, kenapa sampe adzan dzuhur belum ada yang jadi yah?! kompornya lama sekali panasnya, padahal itu kompor listrik, bentuknya mirip obat nyamuk yang bundar itu loh. Subhanallah, momen pindah sakan ini ternyata belum berakhir,kawan. Tapi waktu itu saya tidak terlalu kepikiran lagi. Ketika diajak ke sakan nya Amel (paling terakhir ke Qassim, dan seumuran dengan saya) untuk goreng-goreng bakwan. Ternyata, doi sudah mengganti kompornya dengan kompor listrik yang lebih canggih lagi pake touchscreen gitu. Jadi, bisa diatur suhu nya sampe 1000an derajat. Wuih, naluri emak-emak saya mulai beraksi. Tanya harga, belinya dimana, efisien atau tidak. 

Sepulang dari sakan nya Amel, kami musyawarah mengenai kompor obat nyamuk ini dan esoknya kompor baru itu telah menanti, Alhamdulillah. Saya cek lagi perabot-perabot yang di sakan. Saat semua beres, tidak ada lagi masalah, saya merasa yakin momen pindah sakan itu telah berakhir. Ketika itu, saya juga akan mengurus iqamah alias ktp saudi saya. First step nya adalah medical check-up di rumah sakit dan itu akan menjadi jalan-jalan pertama saya di Qassim yang agak jauh karena naik mobil ;) (haha semoga tidak keliatan kampungan sekali yah)


dapur berpintu dan kompor obat nyamuk

menjadi sebab saya ganti kompor haha

Alhamdulillah ;)

rizqu minAllah ;)


Jumat, 12 Februari 2016

Adaptasi di Buraydah

Bismillah..

Kami sudah memasuki 1 bulan disini, suami sudah mulai kuliah dan saya menunggu nya pulang ke rumah, waktu terasa sangat lambat. Ketika menjelang siang, saya baru mulai sibuk menyiapkan makan siang. Sekarang saya sendiri di dapur, pusing memikirkan bahan makanan mau disulap jadi apa, alhamdulillah masih ada bekas-bekas hasil rantauan 4 tahun, lumayan bisa masak nasi dan buat sayur. Alhamdulillah nasi saya belum pernah gosong kok, lauknya? step by step kata suami mulai meningkat haha. Kasian, jadi kelinci percobaan saya tiap memasak masakan baru.

Di Qassim ini beda sama Madinah, kalau di Madinah sekarang mudah mendapat bumbu dan bahan makanan Indonesia, kalau disini agak susah tapi Alhamdulillah ada tempe dan kangkung. Itu saja sudah surga dunia bagi saya sendiri. Daerah sakan kami sangat strategis, jadi kalau mau belanja, berjalan kaki juga bisa. Saya paling senang kalau diajak jalan hehe soalnya disini perempuan ga boleh keluar jalan tanpa mahram. Pertama kali keluar belanja itu semakin berasa luar negerinya, segala macam barang di rupiah kan dulu harga nya, mahal sekali ;') tapi harus selalu yakin, Allah selalu mencukupkan rezki hamba-hambaNya. Ada hikmahnya juga, biar lebih berhemat lagi, istri harus jago mengatur keuangan ternyata..hmm..

Setelah malam kesekian kalinya, akhirnya saya bertemu dengan ummahat indo lainnya yang sudah datang lebih awal dar kami. Mereka berkunjung ke rumah, satu nya sudah beranak 2, beranak 1, dan lagi hamil besar. Yang akhirnya, 6 ummahat Qassim ini akan saling whatsapp an untuk saling minta bumbu, gula, sayur, dll ;) bahkan sekarang kami mengadakan halaqah tahsin tiap sabtunya, Ukhuwah fillah ini semakin erat Alhamdulillah.

Cuaca disini masih panas jadi air yang keluar dari kran juga air mendidih. Kalau cuci piring pun saya sampe teriak-teriak, makanya juga kulit sampe kering bibir juga pecah-pecah. Padahal, saya di dalam rumah terus. Adaptasi rantauan kali ini memang tidak mudah, kawan. Tapi, setelah kesulitan pasti ada kemudahan, in syaa Allah. Beberapa pekan kemudian nanti, akan memasuki musim dingin dan nama "Buraydah" bukan hanya sekedar nama kota yang saya tinggali.

Kami tinggal di sakan (lebih tepatnya funduq atau hotel) yang kami tempati pertama kali hanya 1 bulan lebih, karena kami harus pindah ke sakan depan (iya, pas depannya hanya menyebrang saja). Syukurnya, barang-barang kami belum terlalu banyak jadi yang diangkut tetap saja banyak tapi lumayan lah haha. Sedih, karena saya sudah jatuh cinta dengan dapur nya dan wi-fi gratis nya. But we must say goodbye...

dapur ku sayang

fried long rice for breakfast

on our way to shopping :)