Kamis, 14 September 2017

Cerita haji part 1

Rupanya, kejutan dari Allah Yang Maha Kuasa belum usai dalam episode kehidupan kami. Kepulangan kami ke Indo beberapa waktu lalu, memang membuat satu pertanyaan baru dari keluarga kami. “Kapan hajian?” pertanyaan yang sekaligus ‘sindiran’ ini menjadi topik hangat saat kami pulang, karena suami yang saat itu masih tertunda untuk menunaikan haji nya yang seharusnya jatahnya adalah 2 tahun lalu. Tapi, karena saat itu tahun kami menikah jadi belum sempat diurus dan suami sibuk mengurus visa kedatanganku, dan tahun berikutnya which is tahun lalu kami pulang ke Indo dan tiket balik ke Qassim itu setelah lebaran haji/idul Adha. Jadi, tepatlah sasaran pertanyaan itu mengenai kami saat kepulangan kami yang kali kedua ini. “Insya Allah tahun ini kau harus usahakan bawa istrimu haji” itu kata Aba-nya suami, atau “iya, janganmi pulang dulu, rasakan ramadhan full disana sekalian sama haji nya insya Allah nak” ini kata Ummiku yang entah antara nasehat dan tidak rindu-rindu amat sama anaknya :D Alhasil, selama kurang lebih 3 bulan suamiku yang lebih banyak disasar pertanyaan ketimbang diriku harus lebih banyak sabar dan berdo’a hehe it’s the beauty of marriage life, dear! Mendapat perhatian lebih dari 2 orang tua ditambah 1 nenekku yang sangat perhatian, lengkap sudah. Kami lupa, nasehat-nasehat yang selalu orang tua kami ucapkan sambil lalu ataupun saat kami diskusi menjadi do’a yang langsung menuju Dia Yang tak pernah tidur. Sebelum balik ke Indo, kami sudah membeli tiket pulang-pergi, dan jadwal balik ke qassim itu sebelum lebaran haji karena suami akan mengambil jatah haji nya tahun ini dan saat kami di Indo, Alhamdulillah namanya sudah terdaftar dalam list yang berangkat haji. Rencana kami saat namanya sudah terdaftar adalah fokus ke saya, karena yang terdaftar hanya suami saja. Sudah ada dalam rencana suami untuk membawaku juga saat dia haji dan akan meminta bantuan syeikh saat balik ke qassim nanti tapi kalau tidak bisa maka saya akan ditinggal di rumah selama dia berangkat. Ketika saya dikasih tahu, tidak bisa kubayangkan lebaran idul Adha sendiri di rumah. Lebaran idul Adha berdua saja itu cukup sedih ya gimana sendiri. Tapi manusia hanya berencana, Allah Yang Berkehendak. Tanggal 13 Agustus, kami terbang ke Qassim dengan harap-harap cemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar