Jumat, 13 Desember 2013

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian

Teet teeet teeeet teeeeeeet.. begitulah bunyi bel pertama kami jam 3 shubuh, maka dari sinilah cerita kami bermula, dari sinilah segala tangis, lelah dan tawa kami berasal, dan dari sinilah nikmat terbesar dalam hidup saya berasal.
Tepat setelah bel itu, kami semua antri ke kamar mandi dengan wajah ngantuk, aku mengambil air wudhu' dan shalat lail 2 raka'at. Ada beberapa temanku sudah mulai menghafal, aku juga sudah mengambil posisi di jendela tempat jemuran (hanya anak asrama yang tahu hehehe). Aku ingat sekali hari itu hanya menyetor lima kali (4 lembar) dan begitu terus sampai hari ketiga. Kadang, setoran saya hanya tiga lembar sehari, iri sekali dengan teman-teman yang lain yang mencapai 1juz sehari. Ah.. kamu kan belum terbiasa menghafal, fah. Aku terus meyakinkan diriku, tapi satu pekan telah berlalu dan masih terjebak di 5-4-3lembar.
Di hari kelima, semangatku mulai runtuh. Muhafidzah ku bertanya kenapa menyetornya sedikit dan selalu tersendat-tersendat, beliau juga menyemangati agar mengejar target sehari sejuz. Aku kembali ke jendela untuk menghafal tapi malah menangis, belum mencapai target degradasi lah, iri sekali liat teman-teman yang lain sudah setengah jalan, belum lagi kalau menyetor tersendat-sendat, dan kangen sekali sama ummi.
Bahkan juz 2 butuh hampir tiga hari untuk kuhafal. Bukan karena ayat-ayat Allah yang susah dihafal tapi hanya belum terbiasa dan aku membutuhkan waktu yang lama untuk terbiasa. 
Hari Jum'at atau hari ke delapan kami--kami sebenarnya tidak pernah mengingat hari selain hari jum'at. Pertahananku runtuh di pelukan ummi, Ummi tanya "kenapa? susah sekali?" aku hanya bisa menangis sampai ummi bilang "Susah sekali kah? tapi janganmi minta pulang nah.. mahalki syurga, nak tapi nda susahji itu insya Allah" tambah nangis deh hehe. Entah kenapa, kata-kata ummi saat itu menjadi obat bius ku yang langsung mengalir masuk ke pembuluh darah dan mengeluarkan efeknya. Dan saat itu juga, aku bersyukur kepada Allah ke sekian juta kalinya karena punya Ummi.


Disitu pula, aku teringat kembali pepatah lama "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar